Jati diri Kota Batu sebagai Kota Apel bisa jadi akan tinggal kenangan dalam waktu yang tak lama lagi. Hal ini tak lepas dari kian anjloknya jumlah produksi apel Kota Batu.
Badan Pusat Statistik menyebut, pada 2019, produksi apel Kota Batu masih berada di angka 50.052 ton per tahun. Kemudian, pada 2020, produksi apel Kota Batu turun menjadi 43.035 ton.
Pada tahun 2021, produksi apel Kota Batu ada di angka 35.009 ton. Tahun berikutnya, produksi apel Kota Batu turun menjadi 29.996 ton.
Produksi apel Kota Batu pada tahun 2023 berada di angka 21.862 ton. Sementara, pada 2024, produksi apel tinggal 14.028 ton.
Penyusutan produksi apel Kota Batu ini berbanding lurus dengan luas lahannya. Lahan apel ada di ketiga kecamatan Kota Batu. Yang terbesar ada di Kecamatan Bumiaji.
Pada 2019, tercatat lahan apel di Kota Batu total mencapai 1765 hektare. Sementara, pada 2024, luas lahan apel Kota Batu disebut tak lebih dari 740 hektare.
Menurunnya luas lahan yang ditanami apel ini tak lepas dari banting setirnya para petani apel ke tanaman lain. Mereka beralih menanam jeruk atau sayur-sayuran.
Agus, salah seorang petani apel asal Bumiaji, menyebut bahwa pohon-pohon apel miliknya sudah tua. Hal ini membuat produktivitas pohon-pohon tersebut menurun.
"Akhirnya, nggak masuk antara biaya perawatan, terutama obat-obatan dan pupuknya, dengan harga jual," tutur Agus.
Dengan anjloknya jumlah produksi dan kian menyusutnya lahan apel di Kota Batu, bisa jadi dalam waktu tak lama lagi jenis Apel Manalagi, Rome Beauty, dan Ana, hanya akan jadi kenangan dan romantisme masa lalu. (*)
Editor: Dendy Ganda Kusumah
